YANG MENARIK PERHATIAN

Showing posts with label Pendidikan Psikologi. Show all posts
Showing posts with label Pendidikan Psikologi. Show all posts

Thursday, February 6, 2014

Download Sistem Penilaian Kurikulum 2013 Jenjang SD

Berikut beberapa file yang dapat didownload yang meliputi: Buku Rapor, Panduan Teknis Penilaian Kelas, Panduan Teknis Pengisian Nilai, Bahan Tayang Sistem Penilaian SD, Bahan Tayang Konsep Penilaian (SD, SMP, SMA, SMK)DOWNLOAD

Wednesday, February 5, 2014

Download Sistem Penilaian Kurikulum 2013 Jenjang SMP

Sistem penilaian yang meliputi: MODEL DAN JUKNIS PENGISIAN RAPOR KURIKULUM 2013, PENILAIAN DAN MODEL RAPOR, PENILAIAN DAN MODEL RAPOR SMP, PENILAIAN KOMPETENSI KETRAMPILAN,PENILAIAN KOMPETENSI PENGETAHUAN, PENILAIAN KOMPETENSI SIKAP. DOWNLOAD

Thursday, June 30, 2011

Harga Diri Siswa

Pada dasarnya setiap orang memiliki harga diri (self-esteem) yang positif. Seiring dengan pertumbuhan dan perkembangannya, harga diri tersebut ada yang berkembang ke arah yang positif tetapi ada juga yang ke arah negatif, yang pada gilirannya akan mempengaruhi “takdir” kehidupannya.

Ada orang yang sukses karena pembentukan harga diri yang benar, ada pula orang yang gagal karena pembentukan harga diri yang salah. Dan, salah satu lingkungan yang mempengaruhi pembentukan harga diri adalah sekolah.
Harga diri adalah suatu kualitas pribadi yang memungkinkan seseorang berkembang ke arah yang lebih baik — keberhasilan hidup– atau sebaliknya, ke arah kegagalan.

Secara sederhana, harga diri dapat dijelaskan sebagai pandangan pribadi seseorang atas dirinya sendiri baik secara fisik, mental, maupun emosional.

Dengan harga diri positif seseorang akan mampu tampil percaya diri, dan yakin dengan kemampuannya untuk mencapai sesuatu yang lebih baik. Siswa yang memiliki harga diri positif akan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan, yang selanjutnya akan mampu mengontrol lingkungannya. Misalnya seorang siswa yang baru pindah dari atau ke sekolah lain.

Di sekolah yang baru, siswa yang memiliki harga diri positif akan segera belajar dengan situasi yang baru tersebut, menyesuaikan diri, untuk selanjutnya mengambil kendali atas situasi baru tersebut.

Sebaliknya, siswa dengan harga diri rendah (negatif) akan merasa asing di tempat yang baru, gamang, khawatir tidak diterima oleh teman-teman barunya dan perasaan negatif lainnya, sehingga ia tidak segera membaur dan menyesuaikan diri di lingkungannya yang baru itu. Akibatnya, siswa tersebut lebih memilih “menyendiri” dan hanya bergaul dengan kalangan terbatas.

Hal yang sama juga terjadi pada siswa pada jenjang pendidikan yang baru. Misalnya: dari rumah tangga ke TK, dari TK ke SD, dari SD ke SMP, dari SMP ke SMA dan yang sederajat. Siswa pada jenjang pendidikan baru ini akan mengalami hal yang sama seperti disebutkan pada contoh siswa pindah sekolah di atas.

Secara umum perkembangan harga diri siswa di TK masih baik. Ya, karena di TK guru lebih banyak memuji, menyemangati dan memotivasi untuk bangkit. Namanya Taman Kanak-kanak, taman untuk bermain anak-anak. Jadi, guru lebih banyak membangkitkan semangat agar siswa berani melakukan sesuatu (bermain dengan tujuan tertentu), yang berarti membangun harga diri peserta didik.

Di SD dan jenjang pendidikan selanjutnya, semakin tinggi kelasnya, sikap guru seperti yang dilakukan guru TK di atas mulai berkurang. Siswa sudah mulai dikenalkan pada kehidupan yang lebih “nyata”. Guru tidak sekadar memuji tetapi kadang juga memberi sanksi.

Di sinilah awal dari “kerusakan” harga diri siswa. Ketika guru keliru menerapkan sanksi kepada siswanya dan berdampak pada rasa bersalah yang berlebihan pada diri siswa, kemudian situasi itu tidak segera diperbaiki, maka ke depan, siswa bersangkutan akan kehilangan sikap positifnya yang masih dibawa dari TK.

Apa yang bisa dilakukan guru untuk memperbaiki harga diri siswa? Yang pasti, guru tidak bisa memperbaiki harga diri siswa. Siswalah yang bisa memperbaiki harga dirinya, dan guru hanya bisa membantu menciptakan situasi yang mendukung terhadap pembentukan harga diri yang positif bagi para siswa.

Atas dasar pemikiran tersebut, maka yang bisa dilakukan guru dalam membantu memperbaiki atau membangun harga diri siswa sehingga siswa memiliki harga diri yang positif adalah dengan membangun komunitas belajar yang saling mendukung demi keberhasilan bersama.

Hal tersebut bisa dilakukan dengan terlebih dahulu membuat aturan main di kelas yang harus ditaati oleh seluruh warga kelas. Agar aturan main ini efektif, maka pembentukannya harus melibatkan seluruh warga kelas. Usahakan setiap siswa memberikan sumbangan saran sehingga masing-masing merasa ikut membuat aturan itu. Tentukan pula sanksi apa yang harus dijalani oleh siswa yang tidak mematuhi aturan main.

Tetapi harus dipastikan bahwa sanksi tersebut tidak membuat siswa merasa “dikorbankan” atau “direndahkan”.
sumber ; http://www.gurusukses.com/bagaimana-memperbaiki-harga-diri-siswa

Wednesday, May 18, 2011

Memaknai Hakekat Belajar

Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Nana Syaodih Sukmadinata (2005) menyebutkan bahwa sebagian terbesar perkembangan individu berlangsung melalui kegiatan belajar. Lantas, apa sesungguhnya belajar itu ?
Di bawah ini disampaikan tentang pengertian belajar dari para ahli :
Moh. Surya (1997) : “belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya”.
Witherington (1952) : “belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”.
Crow & Crow dan (1958) : “ belajar adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru”.
Hilgard (1962) : “belajar adalah proses dimana suatu perilaku muncul perilaku muncul atau berubah karena adanya respons terhadap sesuatu situasi”
Di Vesta dan Thompson (1970) : “ belajar adalah perubahan perilaku yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman”.
Gage & Berliner : “belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang yang muncul karena pengalaman”
Dari beberapa pengertian belajar tersebut diatas, kata kunci dari belajar adalah perubahan perilaku. Dalam hal ini, Moh Surya (1997) mengemukakan ciri-ciri dari perubahan perilaku, yaitu :
1. Perubahan yang disadari dan disengaja (intensional).
Perubahan perilaku yang terjadi merupakan usaha sadar dan disengaja dari individu yang bersangkutan. Begitu juga dengan hasil-hasilnya, individu yang bersangkutan menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan, misalnya pengetahuannya semakin bertambah atau keterampilannya semakin meningkat, dibandingkan sebelum dia mengikuti suatu proses belajar. Misalnya, seorang mahasiswa sedang belajar tentang psikologi pendidikan. Dia menyadari bahwa dia sedang berusaha mempelajari tentang Psikologi Pendidikan. Begitu juga, setelah belajar Psikologi Pendidikan dia menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan perilaku, dengan memperoleh sejumlah pengetahuan, sikap dan keterampilan yang berhubungan dengan Psikologi Pendidikan.
2. Perubahan yang berkesinambungan (kontinyu).
Bertambahnya pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki pada dasarnya merupakan kelanjutan dari pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh sebelumnya. Begitu juga, pengetahuan, sikap dan keterampilan yang telah diperoleh itu, akan menjadi dasar bagi pengembangan pengetahuan, sikap dan keterampilan berikutnya. Misalnya, seorang mahasiswa telah belajar Psikologi Pendidikan tentang “Hakekat Belajar”. Ketika dia mengikuti perkuliahan “Strategi Belajar Mengajar”, maka pengetahuan, sikap dan keterampilannya tentang “Hakekat Belajar” akan dilanjutkan dan dapat dimanfaatkan dalam mengikuti perkuliahan “Strategi Belajar Mengajar”.
3. Perubahan yang fungsional.
Setiap perubahan perilaku yang terjadi dapat dimanfaatkan untuk kepentingan hidup individu yang bersangkutan, baik untuk kepentingan masa sekarang maupun masa mendatang. Contoh : seorang mahasiswa belajar tentang psikologi pendidikan, maka pengetahuan dan keterampilannya dalam psikologi pendidikan dapat dimanfaatkan untuk mempelajari dan mengembangkan perilaku dirinya sendiri maupun mempelajari dan mengembangkan perilaku para peserta didiknya kelak ketika dia menjadi guru.
4. Perubahan yang bersifat positif.
Perubahan perilaku yang terjadi bersifat normatif dan menujukkan ke arah kemajuan. Misalnya, seorang mahasiswa sebelum belajar tentang Psikologi Pendidikan menganggap bahwa dalam dalam Prose Belajar Mengajar tidak perlu mempertimbangkan perbedaan-perbedaan individual atau perkembangan perilaku dan pribadi peserta didiknya, namun setelah mengikuti pembelajaran Psikologi Pendidikan, dia memahami dan berkeinginan untuk menerapkan prinsip – prinsip perbedaan individual maupun prinsip-prinsip perkembangan individu jika dia kelak menjadi guru.
5. Perubahan yang bersifat aktif.
Untuk memperoleh perilaku baru, individu yang bersangkutan aktif berupaya melakukan perubahan. Misalnya, mahasiswa ingin memperoleh pengetahuan baru tentang psikologi pendidikan, maka mahasiswa tersebut aktif melakukan kegiatan membaca dan mengkaji buku-buku psikologi pendidikan, berdiskusi dengan teman tentang psikologi pendidikan dan sebagainya.
6. Perubahan yang bersifat pemanen.
Perubahan perilaku yang diperoleh dari proses belajar cenderung menetap dan menjadi bagian yang melekat dalam dirinya. Misalnya, mahasiswa belajar mengoperasikan komputer, maka penguasaan keterampilan mengoperasikan komputer tersebut akan menetap dan melekat dalam diri mahasiswa tersebut.
7. Perubahan yang bertujuan dan terarah.
Individu melakukan kegiatan belajar pasti ada tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang. Misalnya, seorang mahasiswa belajar psikologi pendidikan, tujuan yang ingin dicapai dalam panjang pendek mungkin dia ingin memperoleh pengetahuan, sikap dan keterampilan tentang psikologi pendidikan yang diwujudkan dalam bentuk kelulusan dengan memperoleh nilai A. Sedangkan tujuan jangka panjangnya dia ingin menjadi guru yang efektif dengan memiliki kompetensi yang memadai tentang Psikologi Pendidikan. Berbagai aktivitas dilakukan dan diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.
8. Perubahan perilaku secara keseluruhan.
Perubahan perilaku belajar bukan hanya sekedar memperoleh pengetahuan semata, tetapi termasuk memperoleh pula perubahan dalam sikap dan keterampilannya. Misalnya, mahasiswa belajar tentang “Teori-Teori Belajar”, disamping memperoleh informasi atau pengetahuan tentang “Teori-Teori Belajar”, dia juga memperoleh sikap tentang pentingnya seorang guru menguasai “Teori-Teori Belajar”. Begitu juga, dia memperoleh keterampilan dalam menerapkan “Teori-Teori Belajar”.
Menurut Gagne (Abin Syamsuddin Makmun, 2003), perubahan perilaku yang merupakan hasil belajar dapat berbentuk :
Informasi verbal; yaitu penguasaan informasi dalam bentuk verbal, baik secara tertulis maupun tulisan, misalnya pemberian nama-nama terhadap suatu benda, definisi, dan sebagainya.
Kecakapan intelektual; yaitu keterampilan individu dalam melakukan interaksi dengan lingkungannya dengan menggunakan simbol-simbol, misalnya: penggunaan simbol matematika. Termasuk dalam keterampilan intelektual adalah kecakapan dalam membedakan (discrimination), memahami konsep konkrit, konsep abstrak, aturan dan hukum. Ketrampilan ini sangat dibutuhkan dalam menghadapi pemecahan masalah.
Strategi kognitif; kecakapan individu untuk melakukan pengendalian dan pengelolaan keseluruhan aktivitasnya. Dalam konteks proses pembelajaran, strategi kognitif yaitu kemampuan mengendalikan ingatan dan cara – cara berfikir agar terjadi aktivitas yang efektif. Kecakapan intelektual menitikberatkan pada hasil pembelajaran, sedangkan strategi kognitif lebih menekankan pada pada proses pemikiran.
Sikap; yaitu hasil pembelajaran yang berupa kecakapan individu untuk memilih macam tindakan yang akan dilakukan. Dengan kata lain. Sikap adalah keadaan dalam diri individu yang akan memberikan kecenderungan vertindak dalam menghadapi suatu obyek atau peristiwa, didalamnya terdapat unsur pemikiran, perasaan yang menyertai pemikiran dan kesiapan untuk bertindak.
Kecakapan motorik; ialah hasil belajar yang berupa kecakapan pergerakan yang dikontrol oleh otot dan fisik.
Sementara itu, Moh. Surya (1997) mengemukakan bahwa hasil belajar akan tampak dalam :
Kebiasaan; seperti : peserta didik belajar bahasa berkali-kali menghindari kecenderungan penggunaan kata atau struktur yang keliru, sehingga akhirnya ia terbiasa dengan penggunaan bahasa secara baik dan benar.
Keterampilan; seperti : menulis dan berolah raga yang meskipun sifatnya motorik, keterampilan-keterampilan itu memerlukan koordinasi gerak yang teliti dan kesadaran yang tinggi.
Pengamatan; yakni proses menerima, menafsirkan, dan memberi arti rangsangan yang masuk melalui indera-indera secara obyektif sehingga peserta didik mampu mencapai pengertian yang benar.
Berfikir asosiatif; yakni berfikir dengan cara mengasosiasikan sesuatu dengan lainnya dengan menggunakan daya ingat.
Berfikir rasional dan kritis yakni menggunakan prinsip-prinsip dan dasar-dasar pengertian dalam menjawab pertanyaan kritis seperti “bagaimana” (how) dan “mengapa” (why).
Sikap yakni kecenderungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu sesuai dengan pengetahuan dan keyakinan.
Inhibisi (menghindari hal yang mubazir).
Apresiasi (menghargai karya-karya bermutu.
Perilaku afektif yakni perilaku yang bersangkutan dengan perasaan takut, marah, sedih, gembira, kecewa, senang, benci, was-was dan sebagainya.
sumber tulisan : http://akhmadsudrajat.wordpress.com/

Sunday, April 24, 2011

Memahami Strategi Pembelajaran Psikologi

PEMBAHASAAN

A. TEORI DISCOVERY LEARNING
a. Pengertian
Teory discovery learning menurut pandapat Jerome Bruner bahwa peranan guru harus menciptakan situasi, dimana siswa dapat belajar sendiri daripada memberikan suatu paket yang berisi informasi atau pelajaran kepada siswa.
Bruner mengatakan
“ we teach a subject not to produce little living libraries on that subject, but reather to get a student to think… for himself, to consider matters as an historian does, to take part in the process of knowledge-getting. Knowing is a process, not a product ( 1966, hlm.72)

b. Manfaat
Belajar banyak menemukan sesuatu banyak manfaatnya dalam hubungannya dengan ilmu pengetahuan dan mata pelajaran. Contoh, bebrapa museum ilmu pengetahuan mempunyai satu seri tabung silinder yang berbeda ukuran dan beratnya, beberapa ada yang padat, dan bebrapa ada yang berlubnag. Siswa didorong untuk berlomba mengiringkan ke bawah. Dengan eksperimen yang hati-hati siswa dapat menemukan kecepatan dari silinder-silinder tersebut.
Dari teori discovery learning ada beberapa keuntungan jika anda menggunakann teori ini, keuntungannya meliputi :
1. Teori ini menimbulkan keingintahuan siswa, dapat memotivasi mereka untuk melanjutkan pekerjaan sampai mereka menemukan jawaban-jawabannya
2. Pendekatan ini dapat mengajar ketrampilan menyelesaikan masalah secara mandiri dan mungkin memaksa siswa untuk menganalisis dan memanipulasi informasi, dan tidak hanya menyerap secara sederhana saja.

c. Langkah-langkah
1. Siswa diharapkan pada problem-problem yang menimbulkan suatu perasaan gagal di dalam dirinya. Ini mulai proses inquiry
2. Siswa mulaimenyelidiki problem itu secara individual.
3. Siswa berusaha memecahkan problem dengan menggunakan pengetahuanya, melihat fenomena-fenomena, menghubung-hubungkan pengetahuan yang sebelumnya. Inilah perbuatan dari discovery
4. Siswa menunjukkan pengertian dari generalisasi itu
5. Siswa menyatakan konsepnya atau prinsip-prinsipnya di mana generalisasi itu didasarkan.

B. Implikasi Discovery learning dari Bruner
1. Kenaikan dari potensi intelektual menimbulkan harapan murid untuk sukses. Dengan perkembangan itu anak akan menjadi cakap dalam mengembangkan strategi di dalam mendekati lingkungna yang teratur ataupun yang tidak teratur.
2. Dalam proses pendidikan disebut tentang spiral kurikulum yang artinya suatu kurikulum yang disusun mulai dari suatu topic yang sederhana menuju ke topic yang makin kompleks. Anak ankan mempelajari suatu topic yang sederhana, kembali ke topic itu pada tinhkat yang lebih luas.
3. Dalam praktek banyak cara untuk melakukan discovey learning. Ada yang menggunakan teknik diskusi kelompok. Berikut ini bebrapa sarab tentang usaha memperbaiki diskusi kelompok.
a. Saudara dan anggota kelompok harus athu secara pasti tujuan a=dari diskkusi itu
b. Ciptakan susasan yang menyenagkan agar anggota bis aberpartisipas secra aktif
c. Bentuklah tone dari kelompok itu. Berilah garis binbingan
d. Peranan saudara tampaj secara jelas
e. Ketahuilah kapan diskusi itu berakhir
f. Buatlah kesimpulan secara ringkas tetapi jelas.
4. Pendukung bruner yaitu postman dalam bukunya teaching as a subsersive Activity menyebutkan beberapa hal penting dalam inquiry, yaitu :
a. Guru akan sering mengatakan “what he think…”
b. Guru banyak bertanya
c. Guru banyak minta jawaban dari suatu pertanyan
d. Guru mendorong muurid untuk berinteraksi dengan guru atau dengn temannya
e. Pelajaran berkembang dari respon murid, bukan dari struktur logis yang telah ditentukan sebelumnya.


Daftar Pustaka
Soemanto wasty, psikologi pendidikan.jakarta. rineka cipta, 1998
Sumber : Yuhan Bantar Cipta Nigsih