Pada dasarnya setiap orang memiliki harga diri (self-esteem) yang positif. Seiring dengan pertumbuhan dan perkembangannya, harga diri tersebut ada yang berkembang ke arah yang positif tetapi ada juga yang ke arah negatif, yang pada gilirannya akan mempengaruhi “takdir” kehidupannya.
Ada orang yang sukses karena pembentukan harga diri yang benar, ada pula orang yang gagal karena pembentukan harga diri yang salah. Dan, salah satu lingkungan yang mempengaruhi pembentukan harga diri adalah sekolah.
Harga diri adalah suatu kualitas pribadi yang memungkinkan seseorang berkembang ke arah yang lebih baik — keberhasilan hidup– atau sebaliknya, ke arah kegagalan.
Secara sederhana, harga diri dapat dijelaskan sebagai pandangan pribadi seseorang atas dirinya sendiri baik secara fisik, mental, maupun emosional.
Dengan harga diri positif seseorang akan mampu tampil percaya diri, dan yakin dengan kemampuannya untuk mencapai sesuatu yang lebih baik. Siswa yang memiliki harga diri positif akan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan, yang selanjutnya akan mampu mengontrol lingkungannya. Misalnya seorang siswa yang baru pindah dari atau ke sekolah lain.
Di sekolah yang baru, siswa yang memiliki harga diri positif akan segera belajar dengan situasi yang baru tersebut, menyesuaikan diri, untuk selanjutnya mengambil kendali atas situasi baru tersebut.
Sebaliknya, siswa dengan harga diri rendah (negatif) akan merasa asing di tempat yang baru, gamang, khawatir tidak diterima oleh teman-teman barunya dan perasaan negatif lainnya, sehingga ia tidak segera membaur dan menyesuaikan diri di lingkungannya yang baru itu. Akibatnya, siswa tersebut lebih memilih “menyendiri” dan hanya bergaul dengan kalangan terbatas.
Hal yang sama juga terjadi pada siswa pada jenjang pendidikan yang baru. Misalnya: dari rumah tangga ke TK, dari TK ke SD, dari SD ke SMP, dari SMP ke SMA dan yang sederajat. Siswa pada jenjang pendidikan baru ini akan mengalami hal yang sama seperti disebutkan pada contoh siswa pindah sekolah di atas.
Secara umum perkembangan harga diri siswa di TK masih baik. Ya, karena di TK guru lebih banyak memuji, menyemangati dan memotivasi untuk bangkit. Namanya Taman Kanak-kanak, taman untuk bermain anak-anak. Jadi, guru lebih banyak membangkitkan semangat agar siswa berani melakukan sesuatu (bermain dengan tujuan tertentu), yang berarti membangun harga diri peserta didik.
Di SD dan jenjang pendidikan selanjutnya, semakin tinggi kelasnya, sikap guru seperti yang dilakukan guru TK di atas mulai berkurang. Siswa sudah mulai dikenalkan pada kehidupan yang lebih “nyata”. Guru tidak sekadar memuji tetapi kadang juga memberi sanksi.
Di sinilah awal dari “kerusakan” harga diri siswa. Ketika guru keliru menerapkan sanksi kepada siswanya dan berdampak pada rasa bersalah yang berlebihan pada diri siswa, kemudian situasi itu tidak segera diperbaiki, maka ke depan, siswa bersangkutan akan kehilangan sikap positifnya yang masih dibawa dari TK.
Apa yang bisa dilakukan guru untuk memperbaiki harga diri siswa? Yang pasti, guru tidak bisa memperbaiki harga diri siswa. Siswalah yang bisa memperbaiki harga dirinya, dan guru hanya bisa membantu menciptakan situasi yang mendukung terhadap pembentukan harga diri yang positif bagi para siswa.
Atas dasar pemikiran tersebut, maka yang bisa dilakukan guru dalam membantu memperbaiki atau membangun harga diri siswa sehingga siswa memiliki harga diri yang positif adalah dengan membangun komunitas belajar yang saling mendukung demi keberhasilan bersama.
Hal tersebut bisa dilakukan dengan terlebih dahulu membuat aturan main di kelas yang harus ditaati oleh seluruh warga kelas. Agar aturan main ini efektif, maka pembentukannya harus melibatkan seluruh warga kelas. Usahakan setiap siswa memberikan sumbangan saran sehingga masing-masing merasa ikut membuat aturan itu. Tentukan pula sanksi apa yang harus dijalani oleh siswa yang tidak mematuhi aturan main.
Tetapi harus dipastikan bahwa sanksi tersebut tidak membuat siswa merasa “dikorbankan” atau “direndahkan”.
sumber ; http://www.gurusukses.com/bagaimana-memperbaiki-harga-diri-siswa
No comments:
Post a Comment