Anggota Komisi X DPR, Reni Marlinawati, mengatakan bahwa kasus kecurangan yang terjadi pada ujian nasional di SD Negeri 06 Petang Pesanggrahan, Jakarta, dan SDN Gadel II Kota Surabaya merupakan bentuk krisis pendidikan saat ini. Ia menyesalkan terjadinya peristiwa tersebut. Apalagi, kecurangan ini terjadi di tingkat pendidikan dasar. Politikus Partai Persatuan Pembangunan ini mengatakan, peristiwa tersebut sangat memalukan karena seharusnya sekolah dasar menjadi tempat awal persemaian nilai-nilai, akhlak, dan moral. Namun, dirusak dengan pengikisan budi pekerti dan karakter dari anak-anak sendiri. Guru yang seharusnya menjadi figur yang diteladani, menurutnya, justru menjadi orang yang menghancurkan dasar bangunannya.
"Kami prihatin dengan krisis pendidikan yang terjadi di negeri ini, yang tecermin dari rusaknya tatanan moral dan budaya bangsa, hilangnya budi pekerti dan karakter bangsa," ungkapnya dalam keterangan pers di Gedung DPR, Selasa (14/6/2011).
Dalam proses ujian nasional (UN) untuk tingkat SD lalu, publik dikejutkan dengan peristiwa menyontek massal yang dilakukan siswa-siswi di SD Negeri 06 Petang Pesanggrahan, Jakarta, dan SDN Gadel II Kota Surabaya. Di SDN 06 Petang, para siswa disuruh guru mereka untuk membagi jawaban soal UN kepada temannya melalui ponsel. Sementara itu, di SDN Gadel II, siswa diminta membagikan jawaban soal UN— yang sudah dipersiapkan sebelum ujian dilaksanakan—kepada teman-temannya atas perintah oknum guru.
Menurut Reni, semakin memilukan ketika pihak sekolah dan orangtua murid yang lain malah mengusir keluarga siswa yang melaporkan kecurangan tersebut. Ia juga berpendapat, perilaku guru yang menjadi biang kerok kasus ini tentu dipengaruhi oleh para pembuat kebijakan dan pelaksana kebijakan, baik di tingkat pusat, provinsi, maupun kabupaten. Kesalahan sistem dan juga tekanan yang kuat dari pusat ke daerah hingga turun ke sekolah telah mendesak guru berbuat demikian.
"Terjadinya peristiwa penyontekan massal mengindikasikan lemahnya komitmen yang dibangun oleh stakeholder pendidikan juga hilangnya orientasi terhadap esensi dan tujuan pendidikan itu sendiri," lanjutnya. (JAKARTA, KOMPAS.com)
No comments:
Post a Comment